"Saya sering mendengar cerita dari warga. Sebenarnya saya pribadi juga mengalaminya. Risih membawa anak kecil ke Lapangan Murjani. Karena sebagian pakaian pengunjungnya kekurangan kain," cetus Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani seperti dilansir prokal.co. Itulah salah satu alasan dan latar belakang pemerintah Kota Banjarbaru membangun taman dengan konsep syariah.Kisah ini Nadjmi ungkapkan dalam pencanangan Kota Layak Anak di RTH Bumi Cahaya Bintang, Kelurahan Sungai Besar. RTH baru ini lokasinya berada tepat di depan Masjid Agung Almunawwarah di Banjarbaru Selatan. Proyek taman itu sedang dalam pengerjaan.
Menyandang konsep RTH Islami, pengunjung wajib mengenakan pakaian yang sopan dengan menutup auratnya. Tidak boleh berpakaian minim. Macam hotpants atau tanktop. "Karena kurang kain yang melihat jadi sakit mata. Kurang sreg mau berlama-lama di Murjani," imbuhnya.
Nadjmi meminta jajarannya untuk memperbanyak pembebasan tanah di lokasi-lokasi strategis kota. Mumpung harga tanah belum melambung tinggi. RTH menurutnya adalah relaksasi menyehatkan dan murah meriah bagi warga. Setelah penat dengan rutinitas pekerjaan sepekan lewat.
"Perbanyak beli tanah, perbanyak bangun RTH. Sebagian orang mungkin heran. Tapi saya yakin, sedikit-banyak RTH akan berbanding dengan lurus tingkat rendah-tinggi kebahagiaan masyarakat," pungkasnya.
Selain RTH dekat masjid agung, yang sedang digenjot pemko juga pembangunan RTH di sepanjang bantaran Sungai Kemuning. Dimulai dari Kampung Pelangi di Kelurahan Guntung Paikat.
Berasa Timur Tengah, Taman Ditanami Kurma
Kurma yang sering disebut-sebut dalam sirah (sejarah perjalanan hidup) Nabi Muhammad SAW, nantinya bakal bisa dilihat secara langsung oleh warga kota Banjarbaru di taman syariah. Lebih dari sekadar peneduh, warga bisa berselfie bersama pohon-pohon khas gurun tersebut.
"Kurma kami datangkan dari pembibitan di Bogor. Kami yakin ini bakal menjadi ikon RTH Islami tersebut," kata Kabid Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum Banjarbaru, Tri Wijayanti.
RTH Syariah itu beberapa kali disinggung Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani. Ia mengaku sering mendapat keluhan orang tua yang risih membawa putra-putrinya bermain ke Lapangan Murjani. Lantaran banyaknya pengunjung yang berpakaian minim.
Di RTH Syariah ini pengunjung taman tentu harus menjaga etika berpakaian. Aurat tak boleh diumbar, apalagi dipakai buat mojok dan berpacaran. Nadjmi yakin RTH ini bisa menjadi solusi dari keluhan tersebut.
Kembali pada Tri, ia menyebut pembangunan tahap pertama RTH akan rampung pada Agustus nanti. "Agustus sudah bisa warga manfaatkan. Sambil pengerjaan tahap kedua," jelasnya.
Pengerjaan RTH ini boleh dikata keroyokan. Lahan RTH disediakan pemko. Sementara anggaran pembangunannya dibantu APBD pemprov. Tahap pertama berupa struktur RTH, jalur pedestrian, dan penanaman pohon peneduh.
Sedangkan pada tahap kedua akan dibangun panggung untuk kegiatan keagamaan semisal MTQ dan tablig akbar. Tri berharap, usulan pembangunan tahap kedua agar dibiayai APBN bisa disetujui pemerintah pusat.
Amanah Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah wajib menyediakan RTH seluas 30 persen dari total luas kota. Dengan pembagian proporsi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH milik privat.
Dari luas kota Banjarbaru 371 kilometer persegi, data Dinas Pekerjaan Umum menyebut Banjarbaru sudah memiliki luas RTH 10,24 persen. Angka itu akan terus didongkrak hingga tembus ke 20 persen. "Kita diuntungkan karena kota ini masih memiliki banyak lahan kosong," pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar