TAHUN 2017 akan segera berlalu. Sebagai tahun politik, begitu banyak hiruk-pikuk yang mengiringi tahun 2017. Dalam momentum Pilkada serentak di 7 kabupaten kota dan provinsi ada tiga tokoh yang paling banyak menguras perhatian massa.
Selain ketiga tokoh tersebut, sepanjang 2017 kasus peredaran zenith "obat jin" paling menonjol. Berikut ulasan yang dilansir Radar Banjarmasin, Jumat 1 Januari 2017.
H Muhidin
Gaya yang tak biasa, lucu dan menyerempet kontroversi membuat H Muhidin menjadi tokoh yang paling banyak disebut namanya di tahun 2017. Walikota Banjarmasin ini mulai menjadi buah bibir setelah maju menjadi calon gubernur dari jalur perseorangan. Namanya semakin meroket setelah di awal perhitungan cepat versi sebuah stasiun televisi dia berhasil menang. Meski pada akhirnya dalam hitungan KPU, Muhidin tersisih, dia menyatakan legowo.
Sahbirin Noor
Dari seorang buruh panggul pelabuhan ke kursi tertinggi di Provinis Kalimantan Selatan. Itulah gambaran perjalanan Sahbirin Noor. Anak sungai Martapura ini awalnya adalah pendatang baru di dunia perpolitikan Kalsel. Namanya menggebrak Banua setelah dia berhasil mendapatkan sejumlah dukungan politik dari partai-partai besar dan menjadikan petahana Rudy Resnawan menjadi wakilnya. Paman Birin, nama tenarnya, akhirnya terpilih menjadi Gubernur Kalimantan Selatan setelah menang tipis atas Muhidin.
Ardiansyah
Nama Ardiansyah menjadi perbincangan di Banua bahkan di nasional saat dia ditangkap KPK di sebuah hotel di Bali. Padahal Anggota Komisi IV DPR dari PDI-P ini rencananya akan maju sebagai calon Gubernur Kalimantan Selatan. Spanduk dan balihonya telah tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Selatan.
2017, Zenith Jadi Raja Obat
Zenith menjadi raja obat yang penyebarannya paling massif di tahun 2017 di Banjarmasin. Sebagai parameter provinsi, dugaan obat yang disebut Obat “Jin” ini juga menyebar di Banua.
Pil yang sebenarnya bukan termasuk dalam daftar golongan Narkotika dan Psikotropika ini kerap disalahgunakan.
Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Wahyono, mengatakan peredaran obat daftar G sangat memprihatinkan di wilayah hukumnya.
Di tahun ini, pihaknya berhasil menyita 402,842 butir zenith yang menjadi barang bukti kasus penyalahgunaan obat-obatan.
Diakui Wahyono, pihaknya mengalami kendala di masalah regulasi. Wilayah abu-abu obat zenith membuat pihaknya kesulitan menentukan pengguna atau penyalahgunaan.
Hasil survei pihaknya di lapangan, kebanyakan penggunanya mengkonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. “Kami hanya bisa melakukan pembinaan bagi pengguna yang tertangkap. Tapi upaya untuk memberantas peredaran dan penjualnya itu pasti kita giatkan,” kata Wahyono.
Sementara itu, hasil keseluruhan tindak pidana narkoba yang terjadi di wilayah hukum Polresta Banjarmasin, mengalami kenaikan 76 kasus di banding ditahun 2018 lalu. Yakni 354 kasus ditahun 2017 sedangkan ditahun 2018 sebanyak 245 kasus dan mengalami kenaikan sebanyak 27%.
“Dari jumlah 354 kasus, 304 kasus berhasil diselesaikan ke proses hukum lebih lanjut,” ungkap Wahyono. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar