ilustrasi haji. | foto : net |
Tiga di antaranya berasal dari Kelompok Terbang (Kloter) 10 Embarkasi Hasanuddin (UPG), yang merupakan gabungan jemaah dari Sulawesi Barat yakni Majene, Polewali Mandar dan Mamasa.
Selama ini beredar informasi bahwa jalur 204 (tempat di mana terjadinya insiden maut saat hendak menuju jamarat), bukan jalur yang biasa digunakan jemaah Indonesia, adalah kabar yang benar. Namun mengapa masih banyak korban asal Indonesia?
Kepada salah satu media yang berbasis di Sulbar, Arajang seperti dikutip jpnn, Selasa (29/9/2017) Ketua Komisi IV DPRD Sulbar, Abd Rahim mengungkap alasan berjatuhannya korban dari Indonesia. Rahim sendiri merupakan anggota Kloter 10 UPG.
Dia menjelaskan, rombongannya seharusnya melalui jalur King Fahd, yang lazim digunakan jemaah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Namun dalam perjalanan, jalur tersebut sedang diblokade polisi Arab Saudi.
Setelah terjadi pemblokadean, jemaah kloter 10 UPG diarahkan ke jalur 204. Hal itulah yang membuat jemaah kloter 10 UPG berjubel dengan orang Afrika, Turki, Iran dan seterusnya di tempat terjadinya Tragedi Mina 2017.
"Terlepas dari takdir yang Allah, telah terjadi situasi seperti itu (perpindahan jalur)," kata Rahim via BlackBerry Messenger (BBM), Senin (28/9).
Rahim juga mengungkap, pernyataan Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat yang menyatakan jemaah calon haji Indonesia keluar jalur saat perjalanan menuju Jamarat (tempat pelontaran), tidak salah.
"Mungkin itu juga alasan Kepala Daker Makkah sehingga menyatakan bahwa jalur 204 menuju Jamarat (tempat pelontaran) itu bukan jalur yang biasa dilewati jemaah Indonesia. Tetapi Kepala Daker mungkin tidak tahu telah terjadi pemblokadean jalur King Fahd," pungkas Rahim. [*]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar